Maju dan Modern Tanpa Lupakan Kodrat
A
A
A
Kartini, adalah simbol pejuang wanita Indonesia untuk menjadi kaum lebih moderat. Wanita tidak lagi harus terpaku pada stigma lama sumur, kasur dan dapur, hanya diperbolehkan bekerja di dalam rumah. Sedangkan tugas-tugas luar menjadi pekerjaan kaum lelaki.
Sosok Kartini menjadi insipirasi bagi wanita Indonesia setelah zaman sebelum merdeka hingga kini. Banyak pelajaran yang dipetik oleh kaum hawa Indonesia setelah buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah terang itu beredar dan dikupas khalayak. Semua itu menjadi tolak ukur semangat perjuangan wanita keluar dari stigma lama kaum puan Indonesia.
Kini banyak lahir Kartini-kartini zaman Indonesia modern. Pencapaiannya lebih maju dan menjadi simbol-simbol pantang menyerahnya wanita Indonesia. Mereka pun memegang peran penting di tempat mereka berkiprah. Baik di kelompok profesional, pemerintahan, pendidikan dan sebagainya. Satu di antaranya yakni Yulie Nasution Grillon.
Saat berbincang dengan KORAN SINDO, istri dari Duta Besar Paraguay untuk Asia Tenggara, Cesar Esteban Grillon mengaku keberhasilan yang diperolehnya di berbagai bidang painting dan artistik itu karena kerja keras dan pantang menyerah. Menurut Yulie, tidak mudah menggapai apa yang diraihnya saat ini. Dia mengaku harus berjuang menghadapi berbagai rintangan. Jatuh bangun berkali-kali pun pernah dia rasakan, Namun dia tetap terus berusaha dan yakin dalam menjalani usahanya.
Keyakinan dalam berusaha itu tidak terlepas dari pendidikan yang dijalani sejak masa remaja hingga sekarang. “Sebetulnya nilai penting yang diwariskan oleh Kartini itu, wanita itu harus berpendidikan dan mengisi pengetahuannya sebanyak mungkin,” katanya. Kartini Indonesia, tegas Yulie, sekarang harus mengeksplor dirinya menjadi sosok yang tangguh. Kiprah mereka tidak pula mesti harus di luar rumah atau sebaliknya.
Kedua sisi itu sama baiknya, syarat dari semua itu adalah ilmu pengetahuan, wawasan dan cara berpikir. Dengan demikian, sang wanita akan menjadi contoh bagi khalayak ramai, minimal di rumah tangga. Berbicara Kartini yang berkiprah di dalam rumah Yulie menganggap itu sebagai hal yang sangat wajar. Dengan berada di rumah sang Kartini akan mendapatkan hal yang lebih. Pertama, keluarga tetap terlayani dengan baik dan anak tetap terpantau perkembangannya, baik dari segi pendidikan, moral, tingkah laku, budi pekerti dan lain sebagainya.
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Megatra Yudacitra itu mengingatkan, setinggi apapun pencapaian dari seorang wanita di luar rumah dia harus menyadari kodratnya sebagai seorang wanita. Kaum feminim yang lahir dan tumbuh dalam budaya ketimuran tetap harus menjunjungi tinggi nilai-nilai budaya dan agama. “Kodrat wanita itu tidak bisa dilepaskan. Jangan mentang-mentang telah mandiri dan berhasil merasa tidak membutuhkan lelaki. Itu keliru,” ungkapnya.
Menurut Yulie, kiprah Kartini dulu dan sekarang tidak jauh berbeda yakni harus memberikan nilai manfaat bagi orang banyak. Sebagai makhluk tuhan, di tengah perkembangan zamannya, wanita itu harus bisa berbuat untuk memberikan manfaat bagi orang banyak. Sehingga apa yang dilakukan benar-benar berjalan lancar.
“Keberhasilan seseorang itu tidak terlepas dari doa dari orang lain. Itu perlu diingat,” ungkapnya. Pemikiran Yulia Nasution Grillon itu menjadi contoh bagi anaknya, Adindara Jelita Setyohadi atau lebih dikenal dengan sebutan Dara Setyohadi. Dara berpendapat, di tengah gempuran perkembangan zaman dan teknologi, Kartini era kini akan mendapatkan tantangan lebih besar. Mereka harus banyak berinovasi dalam menjalankan fungsi dan peran masing-masing.
Menurut Dara, kesempatan bagi Kartini muda untuk bersekolah saat ini sangat terbuka lebar. Relatif tidak ada batasan antara kaum laki dengan wanita untuk mengejar impiannya, baik itu pendidikan maupun karir. Dengan telah adanya kesempatan yang sama itu, Kartini muda sekarang lebih memacu kemampuan dirinya agar menjadi sosok yang lebih enerjik. Meskipun begitu, seorang wanita harus tetap menjaga nilai kesantunan. Sopan santun di tengah keluarga dan masyarakat akan menjadikan wanita hebat itu lebih dikagumi.
“Kini banyak wanita yang telah berhasil di bidangnya. Perlu diingat keberhasilan itu harus diiringi dengan nilai-nilai moral dan inner beauty di dalam diri masing-masing,” ungkapnya. Lebih jauh dia berpendapat bila seorang wanita itu berusaha atau berjuang jangan mudah putus asa. Bila mengalami kegagalan atau hambatan kembali berbuat untuk mencapai hasil yang dikejar.
Dengan menghadapi beragam jenis cobaan itu dengan sendirinya mengasah daya juang dari Kartini itu sendiri. “Segala sesuatu itu tidak ada yang instan. Semua pasti melewati banyak rintangan,” tandas wanita yang kini menekuni dunia interiordesign.
Ilham safutra
Sosok Kartini menjadi insipirasi bagi wanita Indonesia setelah zaman sebelum merdeka hingga kini. Banyak pelajaran yang dipetik oleh kaum hawa Indonesia setelah buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah terang itu beredar dan dikupas khalayak. Semua itu menjadi tolak ukur semangat perjuangan wanita keluar dari stigma lama kaum puan Indonesia.
Kini banyak lahir Kartini-kartini zaman Indonesia modern. Pencapaiannya lebih maju dan menjadi simbol-simbol pantang menyerahnya wanita Indonesia. Mereka pun memegang peran penting di tempat mereka berkiprah. Baik di kelompok profesional, pemerintahan, pendidikan dan sebagainya. Satu di antaranya yakni Yulie Nasution Grillon.
Saat berbincang dengan KORAN SINDO, istri dari Duta Besar Paraguay untuk Asia Tenggara, Cesar Esteban Grillon mengaku keberhasilan yang diperolehnya di berbagai bidang painting dan artistik itu karena kerja keras dan pantang menyerah. Menurut Yulie, tidak mudah menggapai apa yang diraihnya saat ini. Dia mengaku harus berjuang menghadapi berbagai rintangan. Jatuh bangun berkali-kali pun pernah dia rasakan, Namun dia tetap terus berusaha dan yakin dalam menjalani usahanya.
Keyakinan dalam berusaha itu tidak terlepas dari pendidikan yang dijalani sejak masa remaja hingga sekarang. “Sebetulnya nilai penting yang diwariskan oleh Kartini itu, wanita itu harus berpendidikan dan mengisi pengetahuannya sebanyak mungkin,” katanya. Kartini Indonesia, tegas Yulie, sekarang harus mengeksplor dirinya menjadi sosok yang tangguh. Kiprah mereka tidak pula mesti harus di luar rumah atau sebaliknya.
Kedua sisi itu sama baiknya, syarat dari semua itu adalah ilmu pengetahuan, wawasan dan cara berpikir. Dengan demikian, sang wanita akan menjadi contoh bagi khalayak ramai, minimal di rumah tangga. Berbicara Kartini yang berkiprah di dalam rumah Yulie menganggap itu sebagai hal yang sangat wajar. Dengan berada di rumah sang Kartini akan mendapatkan hal yang lebih. Pertama, keluarga tetap terlayani dengan baik dan anak tetap terpantau perkembangannya, baik dari segi pendidikan, moral, tingkah laku, budi pekerti dan lain sebagainya.
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Megatra Yudacitra itu mengingatkan, setinggi apapun pencapaian dari seorang wanita di luar rumah dia harus menyadari kodratnya sebagai seorang wanita. Kaum feminim yang lahir dan tumbuh dalam budaya ketimuran tetap harus menjunjungi tinggi nilai-nilai budaya dan agama. “Kodrat wanita itu tidak bisa dilepaskan. Jangan mentang-mentang telah mandiri dan berhasil merasa tidak membutuhkan lelaki. Itu keliru,” ungkapnya.
Menurut Yulie, kiprah Kartini dulu dan sekarang tidak jauh berbeda yakni harus memberikan nilai manfaat bagi orang banyak. Sebagai makhluk tuhan, di tengah perkembangan zamannya, wanita itu harus bisa berbuat untuk memberikan manfaat bagi orang banyak. Sehingga apa yang dilakukan benar-benar berjalan lancar.
“Keberhasilan seseorang itu tidak terlepas dari doa dari orang lain. Itu perlu diingat,” ungkapnya. Pemikiran Yulia Nasution Grillon itu menjadi contoh bagi anaknya, Adindara Jelita Setyohadi atau lebih dikenal dengan sebutan Dara Setyohadi. Dara berpendapat, di tengah gempuran perkembangan zaman dan teknologi, Kartini era kini akan mendapatkan tantangan lebih besar. Mereka harus banyak berinovasi dalam menjalankan fungsi dan peran masing-masing.
Menurut Dara, kesempatan bagi Kartini muda untuk bersekolah saat ini sangat terbuka lebar. Relatif tidak ada batasan antara kaum laki dengan wanita untuk mengejar impiannya, baik itu pendidikan maupun karir. Dengan telah adanya kesempatan yang sama itu, Kartini muda sekarang lebih memacu kemampuan dirinya agar menjadi sosok yang lebih enerjik. Meskipun begitu, seorang wanita harus tetap menjaga nilai kesantunan. Sopan santun di tengah keluarga dan masyarakat akan menjadikan wanita hebat itu lebih dikagumi.
“Kini banyak wanita yang telah berhasil di bidangnya. Perlu diingat keberhasilan itu harus diiringi dengan nilai-nilai moral dan inner beauty di dalam diri masing-masing,” ungkapnya. Lebih jauh dia berpendapat bila seorang wanita itu berusaha atau berjuang jangan mudah putus asa. Bila mengalami kegagalan atau hambatan kembali berbuat untuk mencapai hasil yang dikejar.
Dengan menghadapi beragam jenis cobaan itu dengan sendirinya mengasah daya juang dari Kartini itu sendiri. “Segala sesuatu itu tidak ada yang instan. Semua pasti melewati banyak rintangan,” tandas wanita yang kini menekuni dunia interiordesign.
Ilham safutra
(ars)